Ancam Bunuh Malala Yousafzai, Ulama Garis Keras Pakistan Dijebloskan Ke Penjara – Seseorang Ulama garis keras di Pakistan dijebloskan ke dalam jeriji besi sehabis membuat bahaya pembantaian kepada penggerak pembelajaran wanita yang pula peraih Nobel Malala Yousafzai. Bahaya itu timbul sebab ia menentang pendapat terkini Malala hal perkawinan.
Ancam Bunuh Malala Yousafzai, Ulama Garis Keras Pakistan Dijebloskan Ke Penjara
malala-yousafzai – Buat dikenal, julukan Malala diketahui bumi sebab upayanya mengupayakan pembelajaran untuk anak wanita, paling utama di negeri asalnya, Pakistan.
Baca juga : Malala Yousafzai tampak pada Halaman Utama Majalah Vogue
Aksinya itu mencetuskan amarah dari golongan Taliban yang menentang serta apalagi berupaya menewaskan Malala dengan metode menembaknya dikala ia berumur 15 tahun. Tetapi nyawa Malala sukses diselamatkan. Semenjak dikala itu, ia terus menjadi beruntun menyuarakan perjuangannya.
Baru- baru ini, perempuan alumnus Oxford itu timbul di bungkus majalah bentuk terkenal Vogue. Dalam tanya jawab dengan majalah itu, Malala mempersoalkan pertanyaan apakah aliansi hukum nama lain perkawinan antara pendamping itu dibutuhkan.
” Bila Kamu mau mempunyai seorang dalam hidup Kamu, kenapa Kamu wajib memaraf pesan berjodoh, kenapa tidak jadi kemitraan saja?” ucap Malala dalam cuplikan tanya jawab dengan Vogue.
Tanya jawab Malala itu juga setelah itu memanen polemik, paling utama di Pakistan. Apalagi badan parlemen di provinsi asalnya, Khyber Pakhtunkhwa, berdebat pertanyaan perihal itu. Beberapa dari mereka memperhitungkan kalau pendapat Malala berlawanan dengan Islam.
Tidak hanya badan parlemen, terdapat pula seseorang Ulama garis keras di Pakistan yang berdengung menyuarakan penentangannya atas pendapat Malala. Ia merupakan Sardar Ali. Dalam suatu aktivitas keimanan lokal di kota barat laut Lakki Marwat minggu kemudian, ia mempersoalkan Malala dengan runcing.
” Malala berangan- angan buat jadi kesatu menteri negeri itu namun mengiklankan kebiadaban,” tutur Sardar Ali.
Sayangnya, bukan cuma kritik, ia pula melemparkan bahaya pada Malala. Dalam peluang yang serupa, ia berkata kalau ia hendak meletuskan Malala dalam serbuan bunuh diri bila ia kembali ke Pakistan.
Ancamannya itu juga lekas ditindaklanjuti oleh polisi setempat. Cuma selang sebagian hari sehabis bahaya itu, Sardar Ali juga diamankan serta dijebloskan ke bui sebab didakwa membuat bahaya, ucapan dendam, serta menghasut terorisme.
Penahanan itu dibenarkan oleh beberapa administratur tua kepolisian Pakistan pada AFP.
Polisi Pakistan Ambil Ulama Atas Bahaya Buat Bunuh Malala
Polisi Pakistan sudah membekuk Mufti Sardar Ali Haqqani sehabis film mengenai Ulama itu viral di alat sosial. Dalam film itu beliau nampak mengecam Juara Hadiah Nobel Malala Yousafzai terpaut komentarnya baru- baru ini hal perkawinan, tutur para administratur hari Kamis( 10/ 6).
Haqqani, dibekuk di Lakki Marwat, area di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan Barat Laut, pada hari Rabu( 9/ 6), tutur kepala polisi setempat, Waseem Sajjad.
Dalam film itu, Ulama itu mengecam hendak menarget Malala dengan serbuan bunuh diri bila kembali ke Pakistan, diprediksi sebab pendapat Malala dini bulan ini pada majalah Vogue Inggris hal perkawinan, yang diucap Ulama itu menghina Islam.
Yousafzai bermukim di Inggris semenjak 2012, sehabis Taliban Pakistan menembaknya serta membuat beliau terluka akut. Beliau terkini berumur 15 tahun kala itu serta sudah membuat marah Taliban sebab kampanyenya hal pembelajaran untuk kanak- kanak wanita.
Pada salah satu bagian dalam tanya jawab dengan Vogue itu, Malala berkata,“ Aku sedang belum mengerti kenapa banyak orang wajib menikah. Jika Kamu mau mempunyai seorang dalam hidup Kamu, kenapa Kamu wajib memaraf akta perkawinan, kenapa tidak dapat kemitraan saja?”
Statment itu memunculkan kegemparan di alat sosial di Pakistan dan membuat marah golongan Islamis serta Ulama semacam Haqqani. Bersumber pada syariah Islam, pendamping pria serta wanita tidak bisa hidup bersama di luar perkawinan.
Papa Malala, Ziauddin Yousafzai, membelanya di Twitter, dengan berkata statment Malala didapat di luar kondisi.
Malala, yang saat ini berumur 23 tahun, dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2014 sebab upayanya mencegah kanak- kanak dari perbudakan, ekstremisme, serta daya kegiatan anak. Beliau bertamu sesaat ke Pakistan pada tahun 2018.
Beliau sedang amat terkenal di Pakistan namun pula dikritik besar oleh golongan Islamis serta mereka yang beraliran keras.
Pada Februari kemudian, penyerbu Malala pada tahun 2012 mengecam hendak melaksanakan usaha kedua membunuhnya, dengan mencuit kalau lain kali,“ tidak hendak terdapat kelalaian lagi.” Twitter lekas membekukan dengan cara permanen akun yang bermuatan artikel bahaya itu.
Bahaya itu mendesak Yousafzai buat menulis cuitan, memohon tentara Pakistan serta PM Imran Khan buat menarangkan gimana tercema penembaknya, Ehsanullah Ehsan, lulus dari narapidana penguasa.
Ehsan dibekuk pada tahun 2017, tetapi melarikan diri pada Januari 2020 dari apa yang diucap rumah nyaman di mana beliau ditahan oleh biro intelijen Pakistan. Kerangka balik penahanan serta pelariannya diliputi oleh rahasia serta polemik.
Akseptor Nobel Malala Akhiri Kunjungan di Pakistan
Akseptor hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai memberhentikan kunjungan tiba- tiba 4 hari di Pakistan.
Seperti itu awal kalinya beliau kembali ke negaranya semenjak ia ditembak pada kepalanya oleh Taliban kala beliau berumur 14 tahun. Taliban mau mengakhiri upaya Malala mengiklankan hak anak wanita mendapatkan pembelajaran.
Yusafzai saat ini mahasiswa berumur 20 tahun di Universitas Oxford, Inggris, serta salah seseorang penggagas Anggaran Malala yang sudah membiayai proyek- proyek lebih dari$6 juta menolong pembelajaran kanak- kanak wanita.
Dalam tanya jawab khusus dengan Ayaz Gul buat Voice of America, Yousafzai berkata berarti menurutnya buat tiba kembali ke Pakistan.“ Di bumi luar ataupun bumi global terdapat kesedihan kalau Pakistan merupakan negeri teroris ataupun tidak terdapat ketenangan di Pakistan,” tuturnya.“ Jadi, kunjungan aku berarti buat berikan catatan kalau terdapat ketenangan di Pakistan serta orang Pakistan sudah menentang kalangan ekstrimis,” tutur Malala.
Malala Datangi Pakistan buat Awal Kali Semenjak Penembakan
Juara Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, mendatangi negeri asalnya Pakistan dalam ekspedisi penuh iba.
Ini merupakan kunjungan Malala yang awal semenjak ia ditembak di kepala oleh penembak Taliban 6 tahun kemudian sebab mensupport pembelajaran untuk anak wanita, Reuters serta AFP memberi tahu, Kamis( 29/ 3).
Malala melawat bersama papa serta adik laki- lakinya dalam kunjungan tiba- tiba. Setibanya di lapangan terbang global Islamabad, Malala langsung menemukan kontrol kencang.
Baca juga : Mengapa Agama Memfasilitasi Perang?
Ia disambut Kesatu Menteri Shahid Khaqan Abbasi di Bunda Kota Islamabad, saat sebelum setelah itu membagikan tutur sambutan pendek di stasiun tv nasional.
” Ini merupakan hari sangat senang dalam hidup aku. Aku tidak yakin ini terjalin,” tutur ia sembari menghilangkan air mata.” Aku umumnya tidak meratap… Aku terkini 20 tahun, tetapi aku telah memandang banyak perihal,” tutur Malala meningkatkan, semacam diambil Reuters. Malala menggunakan busana konvensional shalwar khameez dengan kerudung duppata bercorak merah serta biru.
Berdialog bergantian dalam bahasa Urdu serta Inggris, Malala menekankan berartinya pembelajaran serta hal aktivitas amalnya buat membantu para anak wanita.
Dalam kunjungan 4 hari, Malala tidak hendak singgah ke desa tamannya, Dusun Swat, sebab permasalahan keamanan.
” Malala hendak berjumpa dengan sebagian orang, tetapi tujuannya tidak hendak dibeberkan sebab alibi keamanan,” tutur ahli ucapan kantor Departemen Luar Negara, Muhammad Faisal, pada AFP.
Pada umur 17, Malala jadi akseptor Hadiah Nobel Perdamaian paling muda pada 2014 sebab kegiatannya mensupport pembelajaran. Ia pula jadi ikon perlawanan wanita melawan represi.
Malala Kembali ke Desa Halamannya
Malala Yousafzai, yang kepalanya ditembak oleh Taliban kala beliau berumur 14 tahun sebab ia berkampanye buat hak anak wanita mendapatkan pembelajaran, sudah kembali ke desa tamannya di Mingora, Swat Valley, Pakistan.
Ia kembali ke Mingora hari Sabtu( 31/ 3) selaku orang yang sangat belia sempat memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, yang diraihnya selaku apresiasi atas perjuangannya membela hak anak wanita mendapatkan pembelajaran.
Malala datang di Pakistan hari Kamis serta berjumpa dengan Kesatu Menteri Shaid Khaqan Abbasi, cuma sebagian jam sehabis berlabuh di Islamabad. Ia berkata dalam ceramah televisinya kalau ia telah kangen buat kembali ke Pakistan. Ia berkata ia amat berbahagia.
“ Kita amat berbahagia Malala tiba ke Pakistan,” tutur anak kategori III SD, Arfa Akhtar, pada Reuters.“ Aku pula Malala. Aku bersama Malala dalam tujuan ini.”
Tetapi, tidak seluruh orang menyongsong kehadiran wanita belia itu ke tanah kelahirannya.
Di Lahore, bagian timur Pakistan, para anak didik dari segerombol sekolah swasta melancarkan unjuk rasa menentang Malala serta menganjurkan“ aku tidak mensupport Malala.” Kashif Mirza, penggerak keluhan itu, berkata puluhan sekolah swasta ikut dalam unjuk rasa itu serta para guru berkata pada anak didik kalau Malala tidak menggantikan Pakistan sebab ia mencemarkan Pakistan serta Islam kala beliau berangkat ke luar negara.
Kala Malala kembali dari sekolah bulan Oktober tahun 2012, banyak orang bersenjata mencegat van sekolahnya serta menembak Malala pada kepalanya.
Anak wanita itu mengidap sebagian luka tulang kepala serta sehabis mendapatkan pemeliharaan gawat di rumah sakit angkatan Pakistan, ia diterbangkan ke Inggris buat menempuh operasi.
Taliban Pakistan yang ilegal berterus terang bertanggung jawab merancang serbuan itu serta berkomitmen hendak menyerangnya lagi. Taliban membetulkan tindakannya dengan mendakwa Malala mengiklankan kultur barat.
Semenjak itu, Malala sudah bermukim di Inggris serta kuliah di Universitas Oxford. Ia merupakan salah seseorang penggagas Anggaran Malala buat menolong kanak- kanak wanita mendapatkan pembelajaran sekolah menengah di negara- negara yang diterpa bentrokan, tercantum Suriah, Kenya, Nigeria, Yordania serta Pakistan.